Wednesday, June 10, 2015

DOTS - Program Nasional Pengendalian TB

Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh infeksi,  adalah Tuberkulosis (TB). TB merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia,  pada tahun 2004, sebanyak seperempat juta orang bertambah penderita baru  dan sekitar 140.000 kematian setiap tahunnya. 

Sebagian besar penderita TB adalah penduduk yang berusia produktif antara  15-55 tahun, dan  penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah  penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. 

Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TB, yakni dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). World Health Organization (WHO)  merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS yakni :
  1. Tanggung jawab politis dari para pengambil keputusan (termasuk dukungan dana)
  2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
  3. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung Pengawas Menelan Obat (PMO).
  4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
  5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
    evaluasi program penanggulangan TB.
Walaupun di Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni pencapaian  penemuan kasus baru 51,6 % dari target global 70 % dibandingkan pencapaian  20 % pada tahun 2002 dan 37 % pada tahun 2003, juga penyediaan obat-obat  anti TB yang dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan kesehatan

pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia, TB tetap  belum dapat diberantas, bahkan diperkirakan jumlah penderita TB terus  meningkat.

Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor, yakni  kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat, harga  obat yang mahal, timbulnya resistensi ganda, kurangnya daya tahan hospes  terhadap mikobakteria, berkurangnya daya bakterisid obat yang ada,  meningkatnya kasus HIV/AIDS dan krisis ekonomi.

Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, namun tanpa peran serta  masyarakat tentunya tidak akan dicapai hasil yang optimal karena TB tidak  hanya masalah kesehatan namun juga  merupakan masalah sosial. Keberhasilan  penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat  kesadaran dan partisipasi  masyarakat. 

Oleh karena itu perlu keterlibatan berbagai pihak dan sektor dalam masyarakat,  kalangan swasta, organisasi profesi dan organisasi sosial serta LSM, terutama  profesi Apoteker di Apotek, Instalasi Farmasi  Rumah Sakit maupun tempat lain  yang melayani masyarakat dalam memenuhi  kebutuhannya akan obat TB.

Apoteker dalam hal ini dapat membantu : mengarahkan pasien yang diduga  menderita TB untuk memeriksakan diri terhadap TB (case finding), memotivasi  pasien untuk patuh dalam pengobatan, memberikan informasi dan konseling,  membantu dalam pencatatan untuk pelaporan. Buku ini bertujuan untuk memberi  kemudahan bagi apoteker yang akan bersama-sama profesi lain, ikut berjuang  memberantas penyakit TB di Indonesia.

Oleh karena itu ketersediaan informasi yang memadai merupakan bekal yang  penting untuk meningkatkan kompetensi dalam rangka melaksanakan praktik  kefarmasian, khususnya penerapan konsep pharmaceutical care sebagai mitra  dalam pengendalian tuberkulosis 

No comments:

Post a Comment