Wednesday, June 17, 2015

Obat TBC Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan.
Obat ini diberikan untuk:
  • Penderita baru TB Paru BTA Positif.
  • Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”
  • Penderita TB Ekstra Paru berat
Tabel : Paduan OAT Kategori 1 dalam paket kombipak untuk penderita dengan berat badan antara 33 – 50 kg
Tahap Pengobatan Lamanya PengobatanDosis per hari/kali Jumlah blister harian *)
Tablet Isoniazid @ 300 mg Kaplet Rifampisin @ 450 mg Tablet Pirazinamid @ 500 mg Tablet Etambutol @ 250 mg
Tahap intensif (dosis harian) 2 Bulan113356
Tahap lanjutan (dosis 3 x seminggu) 4 Bulan21--48
Catatan : *) 1 bulan = 28 blister (dosis) harian Satu paket kombipak kategori 1 berisi 104 blister harian yang terdiri dari 56 blister HRZE untuk tahap intensif, dan 48 blister HR untuk tahap lanjutan, masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.

Monday, June 15, 2015

3 Kategori Obat Anti TBC (OAT)

Paduan OAT Yang Digunakan Di Indonesia
Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia :
  • Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
  • Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
  • Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3.
  • Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. 1 paket untuk 1 penderita dalam 1 masa pengobatan.

Obat Paket Tuberkulosis ini disediakan secara gratis melalui Institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah, terutama melalui Puskesmas, Balai Pengobatan TB paru, Rumah Sakit Umum dan Dokter Praktek Swasta yang telah bekerja sama dengan Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, Depkes RI.

Catatan : Saat ini juga diterapkan penggunaan OAT-FDC
Berikut dibawah ini adalah tabel paduan pengobatan standar yang direkomendasikan oleh WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease):
OAT KATEGORI 1OAT KATEGORI 2 OAT KATEGORI 3
2HRZE/4H3R3 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 2HRZ/4H3R3
2HRZE/4HR 2HRZES/HRZE/5HRE 2HRZ/4HR
2HRZE/6HE - 2HRZ/6HE

5 Jenis - Obat Anti Tuberkolosis (OAT)

Obat Anti TBC atau disingkat dengan OAT yang dipakai untuk mengobati penyakit TBC antara lain :
ISONIAZID Disingkat dengan huruf H
RIFAMPISIN Disingkat dengan huruf R
PIRAZINAMID Disingkat dengan huruf Z
ETAMBUTOL Disingkat dengan huruf E
STREPTOMISIN Disingkat dengan huruf S

Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi

Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi. Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti TB.

Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap dan lama pengobatan,
Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZES/5HRE
Angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekwensi.
Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu kombinasi tersebut
Sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada “4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan).
Sebagai contoh, untuk TB kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya : Tahap awal/intensif adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing masing

Cukup sudah pengenalan singkat mengenai Obat Anti Tuberkolosis atau OAT

Sunday, June 14, 2015

Prinsip Pengobatan TBC

Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
  • Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
  • Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
  • Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan.

    Tahap Intensif Pengobatan TB

    • Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
    • Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
    • Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
  • Tahap Lanjutan Pengobatan TB

    • Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
    • Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Saturday, June 13, 2015

Pengantar Terapi Atau Pengobatan TB

Pengendalian atau penanggulangan TB yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan maupun infeksi.

Pencegahan TB pada dasarnya adalah :
1) Mencegah penularan kuman dari penderita yang terinfeksi
2) Menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan.

Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang utama adalah memberikan obat anti TB yang benar dan cukup, serta dipakai dengan patuh sesuai ketentuan  penggunaan obat.

Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor risiko, yakni pada  dasarnya adalah mengupayakan kesehatan perilaku dan lingkungan, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga, mengatur kepadatan penduduk, menghindari meludah sembarangan, batuk sembarangan, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang baik dan seimbang.

Dengan demikian salah satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhan.. Penyuluhan TB dilakukan berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peranserta masyarakat dalam penanggulangan TB.

Terapi atau Pengobatan penderita TB dimaksudkan untuk :
1) menyembuhkan penderita sampai sembuh,
2) mencegah kematian,
3) mencegah kekambuhan, dan
4) menurunkan tingkat penularan.

Kiranya itulah pengantar terapi pengobatan tbc

Cara Mengetahui (Diagnosis) Penyakit TBC

Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang.

Pada orang dewasa, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam diagnosis, hal ini disebabkan suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tubeculosis. Selain itu, hasil uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita TB. Misalnya pada penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus), malnutrisi berat,
TB milier dan morbili.

Sementara diagnosis TB ekstra paru, tergantung pada organ yang terkena. Misalnya nyeri dada terdapat pada TB pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan pembengkakan tulang belakang pada Sponsdilitis TB. Seorang penderita TB ekstra paru kemungkinan besar juga menderita TB paru, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dahak dan foto rontgen dada.

Secara umum diagnosis TB paru pada anak didasarkan pada:
  • Gambaran klinik
    Meliputi gejala umum dan gejala khusus pada anak.
  • Gambaran foto rontgen dada
    Gejala-gejala yang timbul adalah:
    • Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
    • Milier
    • Atelektasis/kolaps konsolidasi
    • Konsolidasi (lobus)
    • Reaksi pleura dan atau efusi pleura
    • Kalsifikasi
    • Bronkiektasis
    • Kavitas
    • Destroyed lung
    • Uji tuberkulin
    Uji ini dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan dengan cara intra kutan) Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB dan kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dan lain-lain).
  • Reaksi cepat BCG
    Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
  • Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
    Pemeriksaan BTA secara mikroskopis lansung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak. Pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
  • Respons terhadap pengobatan dengan OAT
    Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT terdapat perbaikan klinis, akan   menunjang atau memperkuat diagnosis TB.

Friday, June 12, 2015

Tanda-Tanda TBC dan Gejala TBC

Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk darah.
Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

Jika anda menemui pasien mengeluh :
Sesak nafas, nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan

Maka
Minta yang bersangkutan untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, Puskesmas atau Dokter Praktek Swasta !

Sebaiknya jangan memberikan obat, misalnya obat sesak, obat demam, obat penambah nafsu makan dan lain sebagainya.

Gejala TB Pada Anak-Anak

Pada anak-anak gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.
Gejala umum, meliputi :
  • Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
  • Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
  • Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha
  • Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
  • Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
Gejala Khusus, sesuai dengan bagian tubuh yang diserang, misalnya :
  • TB kulit atau skrofuloderma
  • TB tulang dan sendi, meliputi :
    • Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
    • Tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
    • Tulang lutut: pincang dan atau bengkak
  • TB otak dan saraf
    Meningitis dengan gejala kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran
    menurun.
  • Gejala mata
    • Conjunctivitis phlyctenularis
    • Tuburkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
Seorang anak juga patut dicurigai menderita TB apabila:
- Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA positif.
- Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikkan BCG (dalam 3-7 hari).

Klasifikasi TBC dan Tipe Penderitanya

Penentuan klasifikasi penyakit tbc dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita.
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-kasus, yaitu:
  • Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru
  • Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA negatif
  • Riwayat pengobatan sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati
  • Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat
Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka tuberkulosis dibedakan menjadi Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Ekstra Paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchym paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam:
  1. Tuberkulosis Paru BTA Positif
    • Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
    • 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
  2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif
  3. Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
    TB Paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far advanced" atau millier), dan atau keadaan umum penderita buruk.
Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya: TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB Ekstra-Paru Berat
Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Sedangkan berdasarkan riwayat pengobatan penderita, dapat digolongkan atas tipe; kasus baru, kambuh, pindahan, lalai, gagal dan kronis.
Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah (Form TB. 09).
Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita  tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih; atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan.
Kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.

Wednesday, June 10, 2015

Pengenalan Penyakit TBC - Bagian2

...Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman TB yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga
pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu.

Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman dengan jaringan pengikat. Ada beberapa kuman yang menetap sebagai “persister” atau “dormant”, sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembangbiakan kuman, akibatnya yang bersangkutan akan menjadi penderita TB dalam beberapa bulan. Pada infeksi primer ini biasanya menjadi abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan sistem imun lemah dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat sangat menular. Masa inkubasi sekitar 6 bulan.

Infeksi paska primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas TB paska primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

Seseorang yang terinfeksi kuman TB belum tentu sakit atau tidak menularkan kuman TB. Proses selanjutnya ditentukan oleh berbagai faktor risiko .

Kemungkinan untuk terinfeksi TB, tergantung pada :
• Kepadatan droplet nuclei yang infeksius per volume udara
• Lamanya kontak dengan droplet nuklei tsb
• Kedekatan dengan penderita TB

Risiko terinfeksi TB sebagian besar adalah faktor risiko external, terutama adalah faktor lingkungan seperti rumah tak sehat, pemukiman padat & kumuh.
Sedangkan risiko menjadi sakit TB, sebagian besar adalah faktor internal dalam tubuh penderita sendiri yg disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam tubuh penderita seperti kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, pengobatan dengan immunosupresan dan lain sebagainya.

Pada penderita TB sering terjadi komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
  1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas
  2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial 3. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
  3. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru
  4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
  5. nsufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA Negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila perdarahan berat,

Penderita harus dirujuk ke unit spesialistik. Resistensi terhadap OAT terjadi umumnya karena penggunaan OAT yang tidak sesuai. Resistensi dapat terjadi karena penderita yang menggunakan obat tidak sesuai atau patuh dengan jadwal atau dosisnya. Dapat pula terjadi karena mutu obat yang dibawah standar.

Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman. Dampaknya, disamping kemungkinan terjadinya penularan kepada orang disekitar penderita, juga memerlukan biaya yang lebih mahal dalam pengobatan tahap berikutnya.

Pengenalan Penyakit TBC - Bagian 1

APA ITU PENYAKIT TBC ?

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh  Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru.  Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang,  dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit  ditembus zat kimia.

Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil  organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam  pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk  identifikasi dahak secara mikroskopis, Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis  cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat  yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur  sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan  kemampuannya untuk  memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau  bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan  dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu  kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut  terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui
perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman  TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem  peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung  ke bagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila  hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut  dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam  udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

DOTS - Program Nasional Pengendalian TB

Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh infeksi,  adalah Tuberkulosis (TB). TB merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia,  pada tahun 2004, sebanyak seperempat juta orang bertambah penderita baru  dan sekitar 140.000 kematian setiap tahunnya. 

Sebagian besar penderita TB adalah penduduk yang berusia produktif antara  15-55 tahun, dan  penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah  penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. 

Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TB, yakni dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). World Health Organization (WHO)  merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS yakni :
  1. Tanggung jawab politis dari para pengambil keputusan (termasuk dukungan dana)
  2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
  3. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung Pengawas Menelan Obat (PMO).
  4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
  5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
    evaluasi program penanggulangan TB.
Walaupun di Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni pencapaian  penemuan kasus baru 51,6 % dari target global 70 % dibandingkan pencapaian  20 % pada tahun 2002 dan 37 % pada tahun 2003, juga penyediaan obat-obat  anti TB yang dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan kesehatan

pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia, TB tetap  belum dapat diberantas, bahkan diperkirakan jumlah penderita TB terus  meningkat.

Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor, yakni  kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat, harga  obat yang mahal, timbulnya resistensi ganda, kurangnya daya tahan hospes  terhadap mikobakteria, berkurangnya daya bakterisid obat yang ada,  meningkatnya kasus HIV/AIDS dan krisis ekonomi.

Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, namun tanpa peran serta  masyarakat tentunya tidak akan dicapai hasil yang optimal karena TB tidak  hanya masalah kesehatan namun juga  merupakan masalah sosial. Keberhasilan  penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat  kesadaran dan partisipasi  masyarakat. 

Oleh karena itu perlu keterlibatan berbagai pihak dan sektor dalam masyarakat,  kalangan swasta, organisasi profesi dan organisasi sosial serta LSM, terutama  profesi Apoteker di Apotek, Instalasi Farmasi  Rumah Sakit maupun tempat lain  yang melayani masyarakat dalam memenuhi  kebutuhannya akan obat TB.

Apoteker dalam hal ini dapat membantu : mengarahkan pasien yang diduga  menderita TB untuk memeriksakan diri terhadap TB (case finding), memotivasi  pasien untuk patuh dalam pengobatan, memberikan informasi dan konseling,  membantu dalam pencatatan untuk pelaporan. Buku ini bertujuan untuk memberi  kemudahan bagi apoteker yang akan bersama-sama profesi lain, ikut berjuang  memberantas penyakit TB di Indonesia.

Oleh karena itu ketersediaan informasi yang memadai merupakan bekal yang  penting untuk meningkatkan kompetensi dalam rangka melaksanakan praktik  kefarmasian, khususnya penerapan konsep pharmaceutical care sebagai mitra  dalam pengendalian tuberkulosis